Text
Musik Klasik Tak Akan Pernah Mati: Memoar Solomon Tong Conductor Surabaya Symphony Orchestra
Kehidupan Solomon Tong memang luar biasa. Banyak keajaiban yang dialami laki-laki yang namanya identik dengan musik klasik itu. Di waktu kecil misalnya, orangtua Solomon tidak bisa membelikan piano. Untuk bermain piano, ia melukis tuts-tuts piano pada sebilah papan, dan membunyikan suaranya dari mulut. Sekarang, Tuhan membalasnya dengan memberinya istri seorang guru piano. Solomon juga mempunyai bengkel piano. "Saya tidak pernah kuliah di universitas, tapi saya memperoleh gelar Doctor Honoris Causa. Saya juga tidak pernah belajar instrumen musik. Namun sekarang saya mengetahui segala jenis teori musik. Malah saya juga memimpin orang-orang yang memainkan instrumen musik. kata Solomon Tong.
Buku memoar ini adalah sebuah pelajaran tentang kehidupan yang sangat mengharukan. Di dalamnya penuh dengan nilai-nilai bagaimana sebuah keluarga yang porak poranda akibat perang dapat bangkit melalui doa, kepercayaan diri, dan kerja keras. Dilukiskan pula bagaimana seorang janda muda dengan tujuh anak yang masih kecil harus memeras otak untuk menghidupinya. Dengan tekad baja, ia tinggalkan Tiongkok menuju Indonesia. Dan ia berhasil membesarkan anak-anaknya.
Kesetiaan Solomon Tong dalam kegiatan musik klasik memang istimewa. Mengapa musik klasik? Solomon Tong mengatakan: "Musik klasik adalah musik yang tak hanya indah. Musik klasik masuk di wilayah seni budaya. Beda dengan jenis musik lain, seperti pop, jazz, rock atau dangdut yang masuk dalam wilayah entertaint. Menurut saya, sebagai seni budaya, musik klasik tak akan pernah mati".
Sebuah memoar yang mencerahkan.
No other version available